Energi
adalah sumber utama dari sesuatu bergerak, hidup dan beraksi, begitu juga
dengan manusia. Kehidupan manusia semua berawal dari energy, baik matahari,
angina, air, energy merupakan kebutuhan utama dari alam untuk bekerja.
Manusia
sendiri membutuhkan energy untuk menjalani kehidupan mereka. Misalkan saja
energy bahan bakar. Pada saat ini, bahan bakar menjadi kebutuhan primer manusia
untuk menjalani kehidupan mereka. Bahkan, aspek kehidupan manusia, seperti kesejahteraan,
ekonomi, semuanya di kontrol oleh bahan baakar. Bukan hal yang asing lagi jika
minyak harganya naik, maka harga sembako pun juga ikut naik. Hal ini
membuktikan bahwa minyak memerankan peranan penting pada perekonomian.
Namun,
selain memberikan solusi energi yang praktis, minyak juga memberikan masalah
lain yang kini mulai dihadapi, yaitu kelangkaan minyak. Karena kelangkaan itu
harga bahan bakar juga ikut naik dan membebani di masalah ekonomi kecil,
seperti sembako. Untuk itu, kita membutuhkan solusi yang dapat menyelsaikan
masalah ini.
Plastik
adalah bahan komoditas rumah tangga yang berasal dari minyak bumi. Plastik
pertama kali ditemukan pada tahun 1862 di Amerika. Sejak saat itu, plastik
menjadi bahan perlatan yang marak digunakan di seluruh dunia. Namun, karena
penggunaan plastik kini makin marak, sampah plastik kini menjadi tidak
terkontrol dan menimbulkan masalah lain. Sifatnya yang sulit hancur dan menjadi
polutan menjadi momok tersendiri dari plastik ini. Untuk menyelesaikan masalah ini,
banyak solusi yang sudah di tawarkan salah satunya adalah mebakar plastik itu
sendiri. Hal ini tentu dapat menghilangkan plastik secara cepat, namun hasil
pembakarannya merusak udara sekitar. Untuk itu, dibutuhkan solusi lain untuk
mengatasi masalah ini.
Jika
di teliti lebih jauh, plastik dan minyak merupakan hal yang berkaitan. Plastik
adalah bahan hasil olahan dari minyak, untuk itu, jika plastik dikembalikan ke
asalnya, yaitu minyak, tentu saja dapat memberik alaternatif baru untuk masalah
energi. Masalahnya sekarang, bagaimana caranya?
Teknik
yang dapat digunakan adalah teknik pirolisis. Caranya cukup sederhana, plastik
dimasukan ke dalam ruangan kedap udara, lalu di panaskan hingga 650oC.
Saat di panaskan, pastikan di dalam ruangan itu tidak ada kandungan oksigennya,
caranya bisa dengan menyemprotan gas Nitrogen ke dalam sistem. Karena tidak ada
kandungan oksigen, maka susunan kimia dari plastik itu sendiri akan
terdekomposisi dan menjadi rantai karbon yang lebih pendek, dengan begitu maka
plastik tersebut akan menjadi minyak. Jika suhu dan tekanan yang diberikan
tepat, maka tidak menutup kemungkinan plastik tersebut akan menjadi bahan bakar
Sebelumnya
sudah pernah ada yang meneliti percobaan ini dan mempelajari hasilnya, salah
satunya adalah Aprian Ramadhan P. dan Munawar Ali Mereka berdua menemukan bahwa
jika plastik di pirolisis dengan suhu 650oC dengan durasi satu jam,
plastik 1 kilogram maka bahan bakar yang dapat dihasilkan sebanyak 0.8 liter.
Saat diteliti, karakteristik bahan bakarnya pun sama dengan bahan bakar bensin
(Plastik : 10786 kkal/kg bensin 10822,7 kkal/kg).
Produksi
sampah di Indonesia sendiri, berjumlah 15,000 ton per hari dan 14% dari sampah
itu adalah plastik. Jakarta sendiri produksi sampah per hari mencapai 6000 ton
per hari, dan 13% nya adalah plastik. Jika setengah jumlah dari sampah plastik
itu digunakan untuk bahan bakar saja, maka tentu saja sudah bisa mengkover
masalah energi, dan juga lingkungan.
Karena
itu, pentingnya penelitian lanjutan dari teknologi ini sangat diperlukan untuk
menuntaskan dua masalah sekaligus. Manfaat yang di dapat pun akan sangat besar
jika kita mau mengelolanya dengan baik.
Penulis
DKR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar